Rabu, 16 Desember 2009

Profile Fakultas Keperawatan Unpad




Alamat: Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363
Telepon: (022) 7795596
Faksimili: (022) 7795596
Dekan: Mamat Lukman, S.KM., S.Kp., M.Si.
Email: dekanfik@unpad.ac.id, keperawatan@unpad.ac.id
Website: http://fkep.unpad.ac.id

Fakultas Ilmu Keperawatan berdiri tanggal 8 Juni 2005 berdasarkan Surat Keputusan Rektor No.1020/J06/Kep/2005. Fakultas Ilmu Keperawatan ini merupakan pengembangan dari Program Studi Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran yang berdiri sejak tahun 1994 berdasarkan SK Rektor Unpad No.145a/PT06H/Kep/C/94 tanggal 1 Maret 1994 yang dikuatkan dengan SK Dikti No. 200/DIKTI/Kep/1998 tanggal 18 Juni 1998.

Visi :
Menjadi lembaga pendidikan tinggi keperawatan sebagai pusat pengembangan ilmu dan profesi keperawatan yang mampu berkompetisi global dengan unggulan keperawatan kritis dan keperawatan komunitas.

Misi:

  1. Menyelenggarakan pendidikan yang dikelola secara profesional. Efektif, efesien, dan transparan serta menghasilkan lulusan berkapasitas tinggi sebagai ilmuwan yang mampu berkompetisi secara global, beretika, dan berpijak pada hukum serta berwawasan lingkungan.
  2. Mengembangkan riset ilmiah keperawatan untuk pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan nasional.
  3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dengan mengembangkan sistem pelayanan keperawatan profesional terpadu di komunitas.
  4. Mengembangkan standard keperawatan profesional bersama dengan organisasi profesi dan institusi terkait.
  5. Mengembangkan pelayanan keperawatan profesional sesuai dengan nilai budaya masyarakat.
  6. Menjalin kerja sama secara nasional maupun regional dalam bidang keperawatan mencakup bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Program Pendidikan yang diselenggarakan:

  1. Program Sarjana Keperawatan
  2. Program Profesi Ners
  3. Program S2 Keperawatan (Ijin Penyelenggaraan dari Dirjen Dikti Nomor.1520/D/T/2009 tanggal 28 Agustus 2009) dengan peminatan Keperawatan Kritis dan Keperawatan Komunitas.

Sampai Gelombang I tahun akademik 2009/2010, Fakultas Keperawatan Unpad telah menghasilkan lulusan sebanyak 2578 orang terdiri dari Program Sarjana (S.Kep)1203 orang, dan Program Profesi (Ners) 1375 orang.
Terdapat 52 orang pengajar tetap pada Fakultas Keperawatan Unpad.

Dari seluruh staf pengajar tetap, yang sedang melanjutkan studi sebanyak 19 orang.
S3 Dalam Negeri : 2 orang, Luar Negeri : 6 orang
S2 Dalam Negeri : 8 orang, Luar Negeri : 3 orang
Yang akan lulus Program Doktor (S3) tahun ini sebanyak 2 orang

profile





Kelompok 5

  1. Fitri Ayu Laksmi
  2. Dian Rusmiati
  3. Dini Noviana
  4. Sanny Annisa .A
  5. Devi Nopiyanti
  6. Nuryani .S
  7. Tia Destianti
  8. Elly .R
  9. Ria .I

Tuntunan dalam Mengurus Jenazah bagi Wanita

Alloh ‘azza wa jalla telah menuliskan kematian atas setiap jiwa. Sedangkan kekekalan hanyalah khusus bagi Alloh. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam firman-Nya,
“Semua yang ada di bumi ini akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” QS. Ar-Rahman ; 26-27
Bagi jenazah anak cucu Adam terdapat hukum-hukum khusus yang wajib dipenuhi dan dilaksanakan oleh orang-orang yang masih hidup. Kami sebutkan didalam bab ini tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan jenazah bagi wanita, diantaranya :

1. Para wanita wajib menguasai tata cara memandikan mayat perempuan dan tidak diperbolehkan bagi laki-laki untuk memandikannya, kecuali suami karena ia berkewajiban memandikan istrinya. Sebab Ali radhiyallohu ‘anhu memandikan istrinya, Fathimah bintu Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam. Dan diperbolehkan bagi wanita memandikan mayit suaminya, sebab Asma’ bintu Umais radhiyallohu ‘anha memandikan suaminya, Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallohu ‘anhu.

2. Disunnahkan mengkafani mayat perempuan dengan 5 lembar kain putih yang terdiri dari sarung, kerudung kepalanya, baju yang dipakainya, dan 2 kain lipatan yang melilit seluruh kain-kain sebelumnya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Laila ats-Tsaqafiyah, beliau berkata :
“Saya berada bersama para wanita yang memandikan Ummu Kultsum bintu Rosulullah ketika wafatnya, dan pertama-tama yang Rosulullah berikan adalah sarung kemudian baju besi (jubah muslimah atau sejenisnya), selanjutnya penutup kepala (kerudung/jilbab) kemudian selimut kemudian dilipatkan setelah itu didalam pakaian yang lain.” HR. Imam Ahmad dan Abu Dawud

3. Yang diperbuat dengan rambut kepala mayat wanita adalah menjadikannya 3 pintalan dan mempertemukannya di bagian belakang, seperti hadits Ummu Athiyah tentang cara memandikan putri Nabi sholallohu ‘alahi wasallam :“Maka kami pintal rambutnya menjadi 3 cabang dan kami pertemukan dibelakangnya.” HR. Bukhari-Muslim.Hukum wanita mengiring jenazah.

4. Dari Ummu Athiyah radhiyallohu ‘anha berkata : “Kami dilarang (oleh Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam) mengiringi jenazah namun tidak ditekankan (larangan tsb) kepada kami.” HR. Bukhari – Muslim

5. Wanita dilarang menziarahi kubur.
Dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu, sesungguhnya Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam melaknat wanita-wanita peziarah kubur.” HR. Imam Ahmad, Ibnu Majah, Tirmidzi, dan dishohihkan olehnya
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :
“Telah diketahui bahwa perempuan apabila berziarah kubur, maka dia akan berkeluh kesah, menangisi dan meratapi (mayat). Padahal kesemuanya itu menyiratkan kelemahan dan sedikitnya kesabaran. Dengan menangisi (si mayat) hal ini dapat juga menyebabkan tersiksanya si mayat. Bahkan dengan suara (tangisannya) dan pola tingkahnya tsb akan dapat menimbulkan daya tarik bagi laki-laki (di sekitarnya). Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits :
“Maka kalian (para wanita) telah menjadi penyebab timbulnya fitnah bagi yang hidup dan menjadikan tersiksa bagi yang mati.”
Kemudian diharamkannya permasalahan ini (wanita berziarah kubur) adalah untuk membatasi (menutupi) jalan fitnah, sebagaimana diharamkan memandang perhiasan yang terselip karena akan menimbulkan fitnah. Hal itu -yakni wanita berziarah kubur- bukanlah suatu maslahah (yang mendatangkan kebaikan), kecuali wanita tsb mendoakan bagi si mayat, dan ini memungkinkan bila dilakukan didalam rumahnya.” [Majmu' Fatawa ; 24/335-336]

6. Haram meratapi mayat, yaitu mengangkat suara dengan menangis, meratap dan merobek-robek baju, menampar-nampar pipi, mengacak-acak rambut, menghitamkan wajah dan melukainya sbg ungkapan keluh kesah atas si mayat, memanggil-manggil dengan perkataan celaka (kasar) dan selainnya. Semua itu menunjukkan atas keluh kesah dari ketentuan Alloh dan kekuasaan-Nya, serta tidak ada kesabaran pada dirinya. Maka hal tsb adalah haram dan dosa besar sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahihain.
Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bukan dari golongan kami orang yang menampar-nampar pipi, merobek-robek baju dan menyeru dengan seruan jahiliyyah dan selainnya.”
“Sesungguhnya beliau sholallohu ‘alaihi wasallam berlepas (diri) dari shaliqah, haliqah, dan syaaqah.”
Shaliqah : wanita yang mengangkat suaranya (berteriak) ketika tertimpa musibah.
Haliqah : Wanita mencukur rambutnya ketika mendapatkan musibah.
Syaaqah : Wanita yang merobek-robek pakaiannya ketika mendapatkan musibah.

Maka sebuah kewajiban atasmu, wahai muslimah, untuk menjauhkan perbuatan-perbuatan haram ini ketika mendapatkan musibah dan kewajibanmu adalah (tetap dalam) kesabaran dan introspeksi diri. Sehingga musibah ini menjadi renungan atas dosa-dosa dari keburukan-keburukan yang telah dilakukan dan pahala-pahala dari kebaikan-kebaikan yang telah kamu kerjakan.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ‘innaa lillahi wa inna ilaihi raaji’uun’ mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” QS. Al-Baqarah ; 155-157
Dalam perkara ini diperbolehkan menangis yang tidak disertai ratapan dan perbuatan-perbuatan yang diharamkan serta tidak marah terhadap ketentuan dan kekuasaan Alloh.

-diringkas dari kitab “Tanbihaat ‘ala Ahkam Takhtashu bil Mu’minaat” karya Syaikh Sholih Al Fauzan-

Selasa, 15 Desember 2009

Kewajiban Mengurus Jenazah


KEWAJIBAN MENGURUS JENAZAH


Kewajiban muslim dalam mengurus jenazah adalah fardhu kifayah, dimana ketika ada jenazah dan sudah ada satu orang yang menghandle mengurus jenazah mulai memandikan hingga menguburkan, maka muslim tidak perlu harus menghandle
nya. Melihat hukumnya ini maka sangat jarang pekerjaan pengurus jenazah ditemukan. Padahal pekerjaan ini sangat mulia kenapa tidak jadi rebutan orang untuk berlomba-lomba melakukannya, padahal jika kita dapat mengurus jenazah orang2 sholeh dan orang-orang yang berjihad di jalan Allah sungguh menyenangkan, yang semoga banyak keutamaan dan pelajaran darinya agar kitapun berharap mampu seperti mereka.

Beranikah kita menghadapi jenazah? Kalau takut jangan deh nanti malah kebawa mimpi. kemudian pengurus jenazah tidak boleh jijik akan kondisi mayat, karena dalam kondisi di lapangan mayat itu kondisinya bermacam-macam. Bisa jadi kondisi mayat penuh luka, atau bau dan lain-lain. Jadi harus siap menghadapi ini. Seperti halnya dokter atau perawat yang tidak jijik terhadap kondisi pasien dan tukang sampah yang tidak geli terhadap sampah.Diperlukan ketelatenan juga bagi seseorang untuk mengurusi mayat, dimana kita harus mampu memperlakukan mayat dengan baik tidak boleh kasar dan harus selembut mungkin, dan didalan kondisi di lapangan mayat bermacam-macam seperti k
aku, melotot dan lain-lain. Selain itu diperlukan ketelatenan pula mulai dari menyiapkan hal-hal yang diperl
ukan untuk proses mengurus jenazah, memandikan, menkafani hingga menguburkan. Sehingga diperlukan pengetahuan yang benar sesuai dengan syariat yang dicontohkan rasul agar tidak mengandung bid'ah. Dan semuanya ini dilakukan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

LANTAS APA PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI JENAZAH MUSLIM????


Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut. Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami p
enyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”.
Pasien terminal biasanya dihinggapi rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupa
nnya ini, pasien tersebut selalu berada di samping
perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang kekal.

Menurut konsep Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik
atau tidaknya kematian seseorang dalam menuju kehidupan alam kekal dan perawat sendiri kelak akan diminta pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT karena upaya pemenuhan kebutuhan pasien di rumah sakit mutlak diperlukan.


Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai dengan ajaran islam dalam menjalani fase akhir dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul maut. Fase sakaratul maut seringkali di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase yang sangat berat dan menyakitkan sehingga kita diajarkan do’a untuk diringankan dalam fase sakaratul maut.
Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadis. “ Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata “rasakan olehmu siksa neraka yang membakar” (niscaya kamu akan merasa sangat nyeri) (QS Al Anfal: 50). Alangkah dasyatnya sekiranyakamu melihat diwaktu orang-orang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata) “keluakanlah nyawamu!)” Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap ALLAH perkataan yang tidak b
enar dankarena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya” (QS. Al An’am :93)
Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada ALLAH maka malaikat Izrail mencanut nyawanya dengan kasar. Sebaliknya bila terhadap orang sholeh cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap amat menyakitkan. “ Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya di pukul pedang. “ ( HR. Ibnu Abu Dunya)


Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya –upaya sebagai berikut :

1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT. Pada sakaratul maut perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslem. Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah, selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada sangka-sangka hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang baik . Selanjutnya Ibnu Abas berkata. Apabila kamu melihat seseorang menghadapi maut, hiburlah dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu. Selanjutnya Ibnu Mas´ud berkata : Demi Allah yang tak ada Tuhan selain Dia, seseorang yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai dengan persangkaannya itu. Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada ditangannya.

2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah. Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir.
Wotf, Weitzel, Fruerst memberikan gambaran ciri-ciri pokok klien terminal yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki. Meskipun suhu tubuh pasien biasanya tinggi ia terasa dingin dan lembab mulai pada kaki tangan dan ujung hidung, kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat. Terdengar suara ngorok disertai gejala nafas cyene stokes. Dengan menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima.
Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan fisiknya juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien dengan mentalkinkan (membimbing dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana Rasulullah mengajarkan dalam Hadist Riwayat Muslim,Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah karena sesungguhnya seseoranng yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya menuju surga . Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata Hindarilah orang yang mati diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah, maka sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa, kamu lihat .

3. berbicara yang Baik dan Do´a untuk jenazah ketika menutupkan matanya. Di samping berusaha memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim perlu berkomunikasi terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda: Bila kamu datang mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan. Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda apabila kamu menghadiri orang yang meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan.Berdasarkan hal diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.

Sabtu, 12 Desember 2009

Peran Perawat Saat Dying Process (Sakaratul Maut) Klien Terminal



Florence Night Tingale adalah sosok panutan dunia perawatan. Bagaimana seorang perawat pada jaman dahulu mengabdikan dirinya ditengah-tengah berkecamuknya peperangan. Bagaimana seorang perawat hanya dengan penerangan lampu teplok / lilin membantu menangani orang-orang yang tidak berdaya dengan tubuh penuh luka. Disinilah peran penting seorang tenaga para medis. Dedikasi pengabdian yang tulus dengan hati nurani yang ikhlas serta seulas senyum yang ikhlas dari seorang perawat bisa memberikan secercah harapan kesembuhan untuk seorang pasien. Memang seorang tenaga paramedis bukanlah seorang dokter, tetapi dia merupakan ujung tombak keberhasilan keperawatan. Yang mendampingi seorang pasien yang sedang sakaratul maut adalah seorang perawat, yang membantunya memasang oxygen adalah perawat dan yang membimbing dengan membaca kalimat tauhid, sehingga meninggal dalam pada keadaan husnul khotimah juga seorang perawat. Begitu mulia dan begitu besar artinya peranan seorang perawat, yang balasan keikhlasannya adalah disisi Allah SWT

Kadang penulis membayangkan bagaimana disiplinnya orang-orang Belanda dahulu menerapkan ilmu keperawatan. Banyak Rumah Sakit peninggalan Belanda yang sampai sekarang masih menerapkan ilmu keperawatan dengan konsisten. Beberapa Rumah Sakit juga di Kota Malang kebanyakan masih menerapkan semua ilmu tersebut kepada pasiennya sampai sekarang.

Beberapa Rumah Sakit Besar di Surabaya pun masih menerapkan hal tersebut. Seorang suster berseragam putih bersih masuk kamar pasien dengan tersenyum, lalu menyapa pasien satu persatu ketika operan (pergantian tugas /shift dari dinas pagi ke dinas sore ke dinas malam). Semua perawat jaga bersama perawat yang akan menggantikannya menyerahkan satu persatu pasien yang dirawat mencocokkan data dibuku laporan dengan dokternya siapa, apa yang dilakukan terhadap pasien tadi dan sebagainya.

Setiap pasien rawat inap mendapatkan hak untuk dimandikan kecuali pasien yang masih bisa mandi sendiri atau keluarganya memang meminta untuk melakukanya sendiri. Saatnya minum obat pasien dibawakan dan diminumkan obatnya. Setiap pagi tempat tidur dibersihkan kembali, meja dilap. Pengontrolan cairan infus dilakukan secara intensif, berapa tetes per menit sesuai perintah Dokter, tidak sampai menunggu pasien yang laporan, bahwa cairan sudah habis, apalagi sampai kehabisan. Kalaupun perawat kebetulan dinas atau jaga malam, bisa dipastikan perawat ada ditempat jaganya kecuali pasien-pasien yang dirawat hanya sedikit atau tidak gawat, kalaupun mengantuk bisa tidur bergantian, tidak sampai ruang jaga kosong dari seorang perawat yang memang terjaga ( tidak tidur ). Dedikasi itu masih terasa di Rumah Sakit-Rumah Sakit tersebut. Tetapi untuk saat ini, pelayanan keperawatan secara menyeluruh seperti itu sering terabaikan. Padahal sentuhan-sentuhan kecil itulah yang menjadi dambaan para pasien untuk dapat mempercepat penyembuhannya dan juga mendapatkan rasa kenyamanan.Ketika dia menjalani rawat inap di rumah sakit.

Bimbingan doa untuk seseorang yang merasa tidak kuat menahan sakit atau tipis harapan hidupnya

للَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَأَلْحِقْنِيْ بِالرَّفِيْقِ اْلأَعْلَى.

Ya Allah, ampunilah dosaku, berilah rahmat kepadaku dan pertemukan aku dengan Kekasih Yang Maha Tinggi. ( HR. Al-Bukhari 7/10, Muslim 4/1893 )


Nabi Shalallaahu alaihi wasalam memasukkan kedua tangannya ke dalam air, lalu diusapkan ke wajahnya dan beliau bersabda:


لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ لَسَكَرَاتٍ.

Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, sesungguhnya mati itu mempunyai sekarat. (HR. Al-Bukhari 8/144)


لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِالل

Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, bagiNya kerajaan dan bagiNya pujian. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Tidak ada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah

Kamis, 03 Desember 2009

first posting

Assalamu'alaikum Wr. Wb